Jumat, 18 Juli 2014

Kesehatan Mental - Penyimpangan Perilaku Pelaku Bullying



LATAR BELAKANG

            Seragam menurut arti kata Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sama ragam, corak dan budaya -pakaian. Busana yang melekat yang disebut seragam selalu menggambarkan identitas sosial individu tersebut macam pasukan kuning, satpam, polisi, TNI, pegawai negeri, pelajar, dll.
            Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan  masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan dan membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja.
            Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai. Akibatnya banyak diusia remaja yang melakukan tindakan bullying.
            Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kali. Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis.


CONTOH KASUS

          Pelaku kekerasan adalah para senior senior STIP Jakarta yang melakukan tindakan kekerasan kepada juniornya di Rumah kos berlantai 2 di Jalan Kebon Baru II, Semper Barat. Pada bulan April 2014.

   


 
 

Gambar ilustrasi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para taruna.
Dunia pendidikan di Tanah Air kembali menebar teror bagi anak didiknya. Ketika publik masih bergidik dengan pelecehan seksual yang dialami murid Taman Kanak-kanak Jakarta International School, cerita lainnya datang menambah catatan hitam tentang abainya lembaga pendidikan akan keselamatan anak didiknya.

Adalah Dimas Dikita Handoko yang meregang nyawa setelah menjadi korban kekerasan dari para seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) tempat dia menuntut ilmu. Taruna (mahasiswa) semester 1 ini tidak tewas di kampus melainkan di kamar kos seniorny.

Cerita berawal ketika Jumat 25 April lalu Dimas dipanggil sejumlah seniornya untuk datang ke tempat kos di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Tidak hanya Dimas, di rumah kos berlantai 2 milik Ibu Siagian di Jalan Kebon Baru II, Semper Barat itu ada 6 mahasiswa yunior STIP lainnya.

Di tempat itulah penganiayaan berlangsung. Dimas mengalami luka akibat pukulan yang dideritanya, mulai dari perut, dada, hingga ulu hati. Dia juga sempat jatuh pingsan setelah menerima pukulan. Namun para pelaku terus memukuli hingga akhirnya dibawa ke RS Pelabuhan Jakarta. Sayang nyawa Dimas tak tertolong sebelum menjalani pemeriksaan dokter pada Sabtu 26 April dini hari.

Sementara 6 mahasiswa lainnya, yaitu Marvin Jonatan, Sidik Permana, Deni Hutabarat, Fahrurozi Siregar, Arief Permana, dan Imanza Marpaung yang merupakan rekan seangkatan Dimas juga mengalami memar di bagian dada dan kepala sehingga harus mendapat perawatan rumah sakit.

Warga sekitar tempat kos mengaku tak mengetahui adanya penyiksaan. Penganiayaan itu luput dari perhatian warga diduga karena tertutupi suara musik yang sengaja diputar para pelaku dengan keras.

Pada dini hari itu, warga hanya melihat sebuah mobil terparkir di depan kos saat di lantai 2 terdengar suara musik. Beberapa jam kemudian, mobil tersebut meninggalkan lokasi dengan membawa beberapa penumpang.

Kepolisian Resor Jakarta Utara kemudian menetapkan 7 mahasiswa tingkat II menjadi tersangka. Dari penyidikan sementara, penganiayaan tersebut berlatar belakang sepele. 7 Mahasiswa yunior tersebut dianggap tidak respek terhadap para pelaku sehingga mereka dianiaya.
Pihak keluarga mengaku menyesalkan sikap STIP yang seolah tak mau tahu kondisi anak didiknya. Apalagi kabar kematian Dimas tidak diketahui keluarga dari pihak STIP, melainkan dari teman-teman korban.

"Informasi sementara yang saya terima dari kepolisian, dia dianiaya senior. Saya percaya Dimas dianiaya," kata Nani, tante korban kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu lalu.

Kecurigaan akan adanya budaya kekerasan di perguruan tinggi kedinasan yang dulu dikenal dengan nama Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) itu sebenarnya sudah ada. Menurut Nani, 3 bulan lalu seorang teman korban pernah menemukan bekas luka memar di tubuh Dimas, namun ketika dikonfirmasi, dia tak mengatakan apa-apa.

"Dimas tertutup orangnya, apa pun diatasi sendiri. Temennya juga sempat nanya ada biru-biru di badannya 3-4 bulan lalu, dia bilang nggak ada apa-apa," jelas Nani.

Dengan semua bukti itu, pihak keluarga menyesalkan sikap kampus yang berbohong mengenai penyebab kematian Dimas yang sebenarnya. Sebab, pengelola kampus yang berlokasi di Jalan Marunda Makmur Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, atau dekat situs cagar budaya Rumah Si Pitung itu menyebutkan penyebab kematian Dimas karena terjatuh di kamar mandi

Tak hanya keluarga Dimas, kasus ini juga memicu protes dari keluarga mahasiswa STIP lainnya. Mereka mengaku cemas dan khawatir akan keselamatan anak mereka saat menjadi mahasiswa di kampus yang berada di bawah naungan Kementerian Perhubungan itu.

Guna memastikan keselamatan anak mereka, tak seperti biasanya para orangtua beramai-ramai mengantarkan anaknya ke kampus STIP, Minggu 27 April kemarin. Tidak sedikit dari para orangtua itu yang menuntut jaminan keamanan kepada pihak sekolah

Pihak STIP sendiri mengaku terkejut dengan kasus tewasnya taruna tingkat pertama itu. Selain meminta maaf kepada keluarga korban dan seluruh orangtua taruna, pihak STIP menyatakan akan mengambil tindakan tegas terhadap taruna yang terlibat.

Walau kejadiannya berada di luar kampus, pihak STIP menegaskan ikut prihatin atas kejadian tersebut. STIP akan mengevaluasi izin pesiar bagi mahasiswa pada hari Sabtu dan Minggu. Pihak kampus juga mengaku sudah maksimal mencegah terjadinya kekerasan dengan menempatkan sejumlah pengawas dan CCTV (Closed Circuit Television) di lingkungan kampus.

Kasus ini sejatinya memang tak boleh terjadi lagi, karena Dimas bukanlah korban tewas pertama akibat kekerasan yang dilakukan seniornya. Namun, pihak STIP tak kunjung belajar dari pengalaman pahit itu.

Pada Sabtu 17 Mei 2008, makam Agung Bastian Gultom dibongkar tim forensik Rumah Sakit Umum dokter Sutomo, Surabaya, Jawa Timur. Pembongkaran kuburan Agung yang dimakamkan 3 hari sebelumnya di pemakaman Kristen Babat Jerawat, Surabaya, dibantu personel Kepolisian Resort Kota Surabaya Utara dan Polres Jakarta Utara.

Makam Agung dibongkar guna mencari bukti kekerasan dalam tubuh korban. Sebab, sebelum tewas korban diduga dianiaya 10 seniornya di dalam kampus STIP di Marunda. Korban bersama 3 rekannya dihukum karena dianggap melakukan kesalahan dalam latihan pedang pora menyambut Agustusan.

Saat jenazah Agung dipulangkan ke Surabaya, ayah korban Baharuddin Gultom menyangkal keterangan pihak kampus yang menyatakan anak bungsunya itu meninggal karena sakit.

Polres Jakut kemudian menetapkan 4 tersangka pembunuh Agung. Para tersangka tak lain senior korban di STIP, yaitu Lasmono, Anggi, Hari Nugraha, dan Anton.

Misteri tewasnya taruna tingkat satu tersebut terkuak dari hasil otopsi yang dilakukan polisi dengan membongkar makam korban. Tim forensik menemukan beberapa luka bekas penganiayaan di tubuh korban yang diduga kuat dilakukan seniornya di dalam kampus. Dugaan itu diperkuat hasil reka ulang.

Dari 4 tersangka itu, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara, memvonis 3 terdakwa pembunuh Agung 5 tahun penjara Mereka dinilai terbukti menganiaya Agung hingga tewas. Vonis ini lebih ringan dari tuntutan jaksa yang menuntut ketiga mahasiswa tingkat dua STIP itu 7 tahun penjara.

Masih di tahun 2008, mahasiswa tingkat dua STIP bernama Jegos juga menjadi korban tindak kekerasan seniornya. Akibat penganiayaan tersebut korban mengalami gegar otak dan dilarikan ke Rumah Sakit Pelabuhan Jakut. Menurut tim dokter RS Pelabuhan, Jegos dianiaya menggunakan benda tumpul.
Dengan rentetan kasus kekerasan di kampus calon pelaut itu, sudah seharusnya dilakukan evaluasi total tentang pembinaan mahasiswa atau taruna STIP. Apa yang telah dilakukan selama ini terbukti tidak bisa meredam tindakan brutal yang seharusnya dihapus di lembaga pendidikan manapun.

Ini juga menjadi peringatan keras bagi pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan yang setiap kali ada kasus serupa tak pernah bisa menghapus kekerasan di dunia pendidikan secara menyeluruh.
Langkah yang diambil umumnya cuma ampuh sesaat, untuk kemudian kembali terlupakan

Tak ada jalan lain, pemerintah harus tegas. Tidak hanya dalam memberi sanksi, tapi juga mencegah terulangnya cerita menakutkan itu, karena ini menyangkut nyawa manusia dan masa depan republik ini. (Rizki Gunawan).


TEORI – TEORI YANG TERKAIT 

Teori Motivasi Menurut Herzberg
Kasus ini juga berkaitan dengan teori motivasi. Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis factor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhi ketidakpuasan. Dua factor itu disebut factor hygiene (factor ekstrinsik) dan factor motivator (factor instrinsik). Factor hygiene motivasi seseorang keluar dari ketidakpuasan. Termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia., imbalan, kondisi linkungan dan sebagainya (factor ekstrinsik). Sedangkan factor motivator motivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievemen, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan dan sebagainya (factor instrinsik). 

Teori Humanistik Menurut Pandangan Abraham Maslow
Maslow (1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-actualization
Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang memotivasi individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari rasa nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang mencakup membina keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah kebutuhan harga diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang lain. Tingkat yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan, kebenaran, dan  keadilan.
Maslow mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah  piramida akan mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan tingkat selanjutnya menjadi dominan.

Teori Psikologi Kepribadian (Dinamika Kepribadian)
Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi freud, freud manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini di peroleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki. Dorongan bekerja sebagai tekanan motivasional yang konstan. Sebagai stimulus internal, dorongan ini berbeda dengan stimulus eksternal karena seseorang tak bisa menghindari dari stimulus internal. Menurut Freud (1933-1964), dorongan digolongkan berdasarkan dua kategori, yaitu seks atau eros dan agresi, distraksi atau Thanatos.

Teori Psikodinamika Menurut Pandangan Sigmund Freud
Kecenderungan agresi pada semua orang terjadi karena adanya id, ego, dan super ego tidak terintegrasi dengan baik. Mereka yang melakukan agresi memiliki id (prinsip kesenangan) yang lebih dominan dibandingkan dibandingkan ego dan superegonya sehingga emosi mereka tidak bisa mereka kendalikan dengan baik.



ANALISIS KASUS

Teori Motivasi Menurut Herzberg
            Kasus ini berkaitan dengan teori motivasi. Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis factor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhi ketidakpuasan. Dua factor itu disebut factor hygiene (factor ekstrinsik) dan factor motivator (factor instrinsik). Factor hygiene motivasi seseorang keluar dari ketidakpuasan. Termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia., imbalan, kondisi linkungan dan sebagainya (factor ekstrinsik). Sedangkan factor motivator motivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievemen, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan dan sebagainya (factor instrinsik).
            Disini para senior melakukan tindakan kekerasan karena merasa tidak dihargai oleh juniornya, senior akan merasa puas jika sudah melakukan tindakan kekerasannya kepada junior tidak mau menuruti perkataanya.

Teori Humanistik Menurut Pandangan Abraham Maslow
            Maslow (1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-actualization
                Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang memotivasi individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari rasa nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang mencakup membina keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah kebutuhan harga diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang lain. Tingkat yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan, kebenaran, dan  keadilan.
            Maslow mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah  piramida akan mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan tingkat selanjutnya menjadi dominan.
            Para senior merasa perintahnya tidak dituruti oleh juniornya, hingga mengakibatkan senior itu menjadi marah lalu melakukan tindakan kekerasan seperti memukul dan menendang. Lalu junior pun tidak melakukan perlawanan kepada seniornya karena menurutnya akan lebih aman jika dia tidak melawan ataupun melaporkan kepada pihak pihak yang berwajib.

Teori Psikologi Kepribadian (Dinamika Kepribadian)
            Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi freud, freud manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini di peroleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki. Dorongan bekerja sebagai tekanan motivasional yang konstan. Sebagai stimulus internal, dorongan ini berbeda dengan stimulus eksternal karena seseorang tak bisa menghindari dari stimulus internal. Menurut Freud (1933-1964), dorongan digolongkan berdasarkan dua kategori, yaitu seks atau eros dan agresi, distraksi atau Thanatos.
            Dalam kasus ini para senior melakukan agresi dimana mereka melakukan tindakan kekerasan kepada juniornya karena adanya dorongan motivasi dimana dulu saat mereka menjadi junior sering dibully oleh seniornya sehingga mereka seakarng melakukan hal yang sama jika keinginannya tidak dipenuhi.

Teori Psikodinamika Menurut Pandangan Sigmund Freud
            Kecenderungan agresi pada semua orang terjadi karena adanya id, ego, dan super ego tidak terintegrasi dengan baik. Mereka yang melakukan agresi memiliki id (prinsip kesenangan) yang lebih dominan dibandingkan dibandingkan ego dan superegonya sehingga emosi mereka tidak bisa mereka kendalikan dengan baik.
            Tidak dapatnya mengontrol emosi ketika keinginannya tidak dipenuhi, sehingga terjadi tindakan kekerasan antar taruna yang dilakukan oleh para senior tehadap juniornya.


Kesimpulan:
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat seseorang merasa tidak nyaman. Hal ini terjadi karena ketidak mampuan seseorang mengontrol emosinya. Sehingga terjadilah aksi saling menyiksa antar taruna yang dilakukan oleh senior terhadap juniornya. Bahkan hal secaman ini sudah menjadi tradisi karena dari tahun ke tahun selalu ada tindakan kekerasan yang dialami oleh para taruna.

Saran:
Seharusnya di jaman sekarang senioritas dihapuskan, agar tidak ada lagi tindakan-tindakan kekerasan yang dialami oleh taruna STIP. Para taruna seharusnya diberi pengertian atau pengarahan agar tidak melakukan tindakan kekerasan kepada juniornya. Para pendidik pun harus lebih bisa memperhatikan para siswanya agar siswa tidak melakukan tindakan seperti itu. Bila perlu harus ada hukuman yang diberikan kepada taruna yang melakukan tindaka kekerasan kepada juniornya agar para taruna tidak lagi membuli/melakukan tindakan kekerasan pada juniornya. Pihak sekolah juga harus lebih ketat lagi mengawasi para mahasiswanya.



DAFTAR PUSTAKA

Jess Feist & Gregory J. Feist, 2013. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Sri Rumini, dkk.2006. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta : UNY Press
Sarwono W.Sarlito, Meinarno A.Eko. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : UI