LATAR BELAKANG
Seragam
menurut arti kata Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sama ragam, corak dan
budaya -pakaian. Busana yang melekat yang disebut seragam selalu menggambarkan
identitas sosial individu tersebut macam pasukan kuning, satpam, polisi, TNI,
pegawai negeri, pelajar, dll.
Masa
remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja
memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan
tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas
perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat
kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan
remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian
yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani
permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil.
Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu
ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari
lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan
dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat
positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan
kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan dan membedakan yang
terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah peran lingkungan sekitar
sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja.
Setiap
remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian
yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam
lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal
jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai.
Akibatnya banyak diusia remaja yang melakukan tindakan bullying.
Bullying
adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman
sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk
mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi
berulang kali. Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis.
CONTOH KASUS
Pelaku kekerasan
adalah para senior senior STIP Jakarta yang melakukan tindakan kekerasan kepada
juniornya di Rumah
kos berlantai 2 di Jalan Kebon Baru II, Semper Barat. Pada bulan April 2014.
Gambar
ilustrasi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para taruna.
Dunia
pendidikan di Tanah Air kembali menebar teror bagi anak didiknya. Ketika publik
masih bergidik dengan pelecehan seksual yang dialami murid Taman Kanak-kanak
Jakarta International School, cerita lainnya datang menambah catatan hitam
tentang abainya lembaga pendidikan akan keselamatan anak didiknya.
Adalah Dimas Dikita Handoko yang meregang nyawa setelah menjadi korban kekerasan dari para seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) tempat dia menuntut ilmu. Taruna (mahasiswa) semester 1 ini tidak tewas di kampus melainkan di kamar kos seniorny.
Cerita berawal ketika Jumat 25 April lalu Dimas dipanggil sejumlah seniornya untuk datang ke tempat kos di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Tidak hanya Dimas, di rumah kos berlantai 2 milik Ibu Siagian di Jalan Kebon Baru II, Semper Barat itu ada 6 mahasiswa yunior STIP lainnya.
Di tempat itulah penganiayaan berlangsung. Dimas mengalami luka akibat pukulan yang dideritanya, mulai dari perut, dada, hingga ulu hati. Dia juga sempat jatuh pingsan setelah menerima pukulan. Namun para pelaku terus memukuli hingga akhirnya dibawa ke RS Pelabuhan Jakarta. Sayang nyawa Dimas tak tertolong sebelum menjalani pemeriksaan dokter pada Sabtu 26 April dini hari.
Sementara 6 mahasiswa lainnya, yaitu Marvin Jonatan, Sidik Permana, Deni Hutabarat, Fahrurozi Siregar, Arief Permana, dan Imanza Marpaung yang merupakan rekan seangkatan Dimas juga mengalami memar di bagian dada dan kepala sehingga harus mendapat perawatan rumah sakit.
Warga sekitar tempat kos mengaku tak mengetahui adanya penyiksaan. Penganiayaan itu luput dari perhatian warga diduga karena tertutupi suara musik yang sengaja diputar para pelaku dengan keras.
Pada dini hari itu, warga hanya melihat sebuah mobil terparkir di depan kos saat di lantai 2 terdengar suara musik. Beberapa jam kemudian, mobil tersebut meninggalkan lokasi dengan membawa beberapa penumpang.
Kepolisian Resor Jakarta Utara kemudian menetapkan 7 mahasiswa tingkat II menjadi tersangka. Dari penyidikan sementara, penganiayaan tersebut berlatar belakang sepele. 7 Mahasiswa yunior tersebut dianggap tidak respek terhadap para pelaku sehingga mereka dianiaya.
Pihak
keluarga mengaku menyesalkan sikap STIP yang seolah tak mau tahu kondisi anak
didiknya. Apalagi kabar kematian Dimas tidak diketahui keluarga dari pihak STIP,
melainkan dari teman-teman korban.
"Informasi sementara yang saya terima dari kepolisian, dia dianiaya senior. Saya percaya Dimas dianiaya," kata Nani, tante korban kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu lalu.
Kecurigaan akan adanya budaya kekerasan di perguruan tinggi kedinasan yang dulu dikenal dengan nama Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) itu sebenarnya sudah ada. Menurut Nani, 3 bulan lalu seorang teman korban pernah menemukan bekas luka memar di tubuh Dimas, namun ketika dikonfirmasi, dia tak mengatakan apa-apa.
"Dimas tertutup orangnya, apa pun diatasi sendiri. Temennya juga sempat nanya ada biru-biru di badannya 3-4 bulan lalu, dia bilang nggak ada apa-apa," jelas Nani.
Dengan semua bukti itu, pihak keluarga menyesalkan sikap kampus yang berbohong mengenai penyebab kematian Dimas yang sebenarnya. Sebab, pengelola kampus yang berlokasi di Jalan Marunda Makmur Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, atau dekat situs cagar budaya Rumah Si Pitung itu menyebutkan penyebab kematian Dimas karena terjatuh di kamar mandi
Tak hanya keluarga Dimas, kasus ini juga memicu protes dari keluarga mahasiswa STIP lainnya. Mereka mengaku cemas dan khawatir akan keselamatan anak mereka saat menjadi mahasiswa di kampus yang berada di bawah naungan Kementerian Perhubungan itu.
Guna memastikan keselamatan anak mereka, tak seperti biasanya para orangtua beramai-ramai mengantarkan anaknya ke kampus STIP, Minggu 27 April kemarin. Tidak sedikit dari para orangtua itu yang menuntut jaminan keamanan kepada pihak sekolah
Pihak STIP sendiri mengaku terkejut dengan kasus tewasnya taruna tingkat pertama itu. Selain meminta maaf kepada keluarga korban dan seluruh orangtua taruna, pihak STIP menyatakan akan mengambil tindakan tegas terhadap taruna yang terlibat.
Walau kejadiannya berada di luar kampus, pihak STIP menegaskan ikut prihatin atas kejadian tersebut. STIP akan mengevaluasi izin pesiar bagi mahasiswa pada hari Sabtu dan Minggu. Pihak kampus juga mengaku sudah maksimal mencegah terjadinya kekerasan dengan menempatkan sejumlah pengawas dan CCTV (Closed Circuit Television) di lingkungan kampus.
Kasus ini sejatinya memang tak boleh terjadi lagi, karena Dimas bukanlah korban tewas pertama akibat kekerasan yang dilakukan seniornya. Namun, pihak STIP tak kunjung belajar dari pengalaman pahit itu.
Pada Sabtu 17 Mei 2008, makam Agung Bastian Gultom dibongkar tim forensik Rumah Sakit Umum dokter Sutomo, Surabaya, Jawa Timur. Pembongkaran kuburan Agung yang dimakamkan 3 hari sebelumnya di pemakaman Kristen Babat Jerawat, Surabaya, dibantu personel Kepolisian Resort Kota Surabaya Utara dan Polres Jakarta Utara.
Makam Agung dibongkar guna mencari bukti kekerasan dalam tubuh korban. Sebab, sebelum tewas korban diduga dianiaya 10 seniornya di dalam kampus STIP di Marunda. Korban bersama 3 rekannya dihukum karena dianggap melakukan kesalahan dalam latihan pedang pora menyambut Agustusan.
Saat jenazah Agung dipulangkan ke Surabaya, ayah korban Baharuddin Gultom menyangkal keterangan pihak kampus yang menyatakan anak bungsunya itu meninggal karena sakit.
Polres Jakut kemudian menetapkan 4 tersangka pembunuh Agung. Para tersangka tak lain senior korban di STIP, yaitu Lasmono, Anggi, Hari Nugraha, dan Anton.
Misteri tewasnya taruna tingkat satu tersebut terkuak dari hasil otopsi yang dilakukan polisi dengan membongkar makam korban. Tim forensik menemukan beberapa luka bekas penganiayaan di tubuh korban yang diduga kuat dilakukan seniornya di dalam kampus. Dugaan itu diperkuat hasil reka ulang.
Dari 4 tersangka itu, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara, memvonis 3 terdakwa pembunuh Agung 5 tahun penjara Mereka dinilai terbukti menganiaya Agung hingga tewas. Vonis ini lebih ringan dari tuntutan jaksa yang menuntut ketiga mahasiswa tingkat dua STIP itu 7 tahun penjara.
Masih di tahun 2008, mahasiswa tingkat dua STIP bernama Jegos juga menjadi korban tindak kekerasan seniornya. Akibat penganiayaan tersebut korban mengalami gegar otak dan dilarikan ke Rumah Sakit Pelabuhan Jakut. Menurut tim dokter RS Pelabuhan, Jegos dianiaya menggunakan benda tumpul.
Dengan rentetan kasus kekerasan di kampus calon pelaut itu, sudah seharusnya dilakukan evaluasi total tentang pembinaan mahasiswa atau taruna STIP. Apa yang telah dilakukan selama ini terbukti tidak bisa meredam tindakan brutal yang seharusnya dihapus di lembaga pendidikan manapun.
Ini juga
menjadi peringatan keras bagi pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan yang
setiap kali ada kasus serupa tak pernah bisa menghapus kekerasan di dunia
pendidikan secara menyeluruh.
Langkah
yang diambil umumnya cuma ampuh sesaat, untuk kemudian kembali terlupakan
Tak
ada jalan lain, pemerintah harus tegas. Tidak hanya dalam memberi sanksi, tapi
juga mencegah terulangnya cerita menakutkan itu, karena ini menyangkut nyawa
manusia dan masa depan republik ini. (Rizki Gunawan).
TEORI – TEORI
YANG TERKAIT
Teori Motivasi Menurut Herzberg
Kasus ini
juga berkaitan dengan teori motivasi. Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis
factor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhi
ketidakpuasan. Dua factor itu disebut factor hygiene (factor ekstrinsik) dan
factor motivator (factor instrinsik). Factor hygiene motivasi seseorang keluar
dari ketidakpuasan. Termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia.,
imbalan, kondisi linkungan dan sebagainya (factor ekstrinsik). Sedangkan factor
motivator motivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalah achievemen, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan dan
sebagainya (factor instrinsik).
Teori Humanistik Menurut Pandangan
Abraham Maslow
Maslow
(1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk
tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan
hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika
manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli
untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan
dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika
kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi
lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-actualization.
Maslow
(1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu
susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang
memotivasi individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis
akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari rasa
nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah kebutuhan akan
keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat
ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang mencakup membina
keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah kebutuhan harga
diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang lain. Tingkat
yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan,
kebenaran, dan keadilan.
Maslow
mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah
piramida akan mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi,
kemudian kebutuhan tingkat selanjutnya menjadi dominan.
Teori
Psikologi Kepribadian (Dinamika Kepribadian)
Freud mengusulkan sebuah dinamika atau
prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong
tindakan manusia. Bagi freud, freud manusia termotivasi untuk mencari
kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini di peroleh
dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.
Dorongan bekerja sebagai tekanan motivasional yang konstan. Sebagai stimulus
internal, dorongan ini berbeda dengan stimulus eksternal karena seseorang tak
bisa menghindari dari stimulus internal. Menurut Freud (1933-1964), dorongan
digolongkan berdasarkan dua kategori, yaitu seks atau eros dan agresi,
distraksi atau Thanatos.
Teori Psikodinamika Menurut Pandangan Sigmund Freud
Kecenderungan
agresi pada semua orang terjadi karena adanya id, ego, dan super ego tidak
terintegrasi dengan baik. Mereka yang melakukan agresi memiliki id (prinsip
kesenangan) yang lebih dominan dibandingkan dibandingkan ego dan superegonya sehingga emosi
mereka tidak bisa mereka kendalikan dengan baik.
ANALISIS KASUS
Teori Motivasi Menurut Herzberg
Kasus ini
berkaitan dengan teori motivasi. Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis factor
yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhi
ketidakpuasan. Dua factor itu disebut factor hygiene (factor ekstrinsik) dan
factor motivator (factor instrinsik). Factor hygiene motivasi seseorang keluar
dari ketidakpuasan. Termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia.,
imbalan, kondisi linkungan dan sebagainya (factor ekstrinsik). Sedangkan factor
motivator motivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalah achievemen, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan dan
sebagainya (factor instrinsik).
Disini para
senior melakukan tindakan kekerasan karena merasa tidak dihargai oleh
juniornya, senior akan merasa puas jika sudah melakukan tindakan kekerasannya
kepada junior tidak mau menuruti perkataanya.
Teori Humanistik Menurut Pandangan
Abraham Maslow
Maslow (1968) berpendapat bahwa ada
hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu
tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini
adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik
terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan
kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini
terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi
intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-actualization.
Maslow (1954)
menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu
susunan piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang
memotivasi individu. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis
akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari rasa
nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah kebutuhan akan
keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat
ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang mencakup membina
keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat keempat ialah kebutuhan harga
diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan diargai orang lain. Tingkat
yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan,
kebenaran, dan keadilan.
Maslow
mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah
piramida akan mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi,
kemudian kebutuhan tingkat selanjutnya menjadi dominan.
Para senior merasa perintahnya tidak
dituruti oleh juniornya, hingga mengakibatkan senior itu menjadi marah lalu
melakukan tindakan kekerasan seperti memukul dan menendang. Lalu junior pun
tidak melakukan perlawanan kepada seniornya karena menurutnya akan lebih aman
jika dia tidak melawan ataupun melaporkan kepada pihak pihak yang berwajib.
Teori
Psikologi Kepribadian (Dinamika Kepribadian)
Freud
mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan
kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi freud, freud manusia
termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan.
Motivasi ini di peroleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan
dasar yang mereka miliki. Dorongan bekerja sebagai tekanan motivasional yang
konstan. Sebagai stimulus internal, dorongan ini berbeda dengan stimulus eksternal
karena seseorang tak bisa menghindari dari stimulus internal. Menurut Freud
(1933-1964), dorongan digolongkan berdasarkan dua kategori, yaitu seks atau
eros dan agresi, distraksi atau Thanatos.
Dalam kasus ini para senior
melakukan agresi dimana mereka melakukan tindakan kekerasan kepada juniornya
karena adanya dorongan motivasi dimana dulu saat mereka menjadi junior sering
dibully oleh seniornya sehingga mereka seakarng melakukan hal yang sama jika
keinginannya tidak dipenuhi.
Teori Psikodinamika Menurut Pandangan Sigmund Freud
Kecenderungan
agresi pada semua orang terjadi karena adanya id, ego, dan super ego tidak
terintegrasi dengan baik. Mereka yang melakukan agresi memiliki id (prinsip
kesenangan) yang lebih dominan dibandingkan dibandingkan ego dan superegonya sehingga emosi
mereka tidak bisa mereka kendalikan dengan baik.
Tidak
dapatnya mengontrol emosi ketika keinginannya tidak dipenuhi, sehingga terjadi
tindakan kekerasan antar taruna yang dilakukan oleh para senior tehadap
juniornya.
Kesimpulan:
Bullying
adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana
tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat
seseorang merasa tidak nyaman. Hal ini terjadi karena ketidak mampuan seseorang
mengontrol emosinya. Sehingga terjadilah aksi saling menyiksa antar taruna yang
dilakukan oleh senior terhadap juniornya. Bahkan hal secaman ini sudah menjadi
tradisi karena dari tahun ke tahun selalu ada tindakan kekerasan yang dialami
oleh para taruna.
Saran:
Seharusnya di jaman sekarang senioritas dihapuskan, agar
tidak ada lagi tindakan-tindakan kekerasan yang dialami oleh taruna STIP. Para
taruna seharusnya diberi pengertian atau pengarahan agar tidak melakukan tindakan
kekerasan kepada juniornya. Para pendidik pun harus lebih bisa memperhatikan
para siswanya agar siswa tidak melakukan tindakan seperti itu. Bila perlu harus
ada hukuman yang diberikan kepada taruna yang melakukan tindaka kekerasan
kepada juniornya agar para taruna tidak lagi membuli/melakukan tindakan
kekerasan pada juniornya. Pihak sekolah juga harus lebih ketat lagi mengawasi
para mahasiswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Jess Feist &
Gregory J. Feist, 2013. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Sri Rumini, dkk.2006.
Psikologi Pendidikan.Yogyakarta : UNY Press
Sarwono W.Sarlito,
Meinarno A.Eko. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : UI