4. Polarisasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang
yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian
dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah
keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang
tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga
melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi
antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Polarisasi
adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok
para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum
diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan menentang lebih keras.
Polarisasi kelompok adalah gejala mengumpulnya pendapat kelompok
pada satu pandangan tertentu. Polarisasi Kelompok adalah intensifikasi dari
suatu pre-existing awal kelompok pilihan ( Baron et al. 1992 : 73). Efek
polarisasi menyinggung pada rata-rata score individu sebelum dan setelah
diskusi kelompok. Anggota kelompok paling ekstrim, mungkin sekali , sudah
menjadi lebih moderat setelah diskusi itu. Tetapi pada rata-rata pertimbangan
atau pilihan sudah menjadi yang lebih ekstrim.
Bagaimana
mungkin efek polarisasi diterangkan? Satu pandangan awal mungkin adalah untuk
melihatnya sebagai artefak statistik, yaitu: ketika kita sudah melihat lebih
awal, jika anggota group ditarik secara acak dari suatu populasi dan kemudian
didapat 70 persen mempunyai suatu pilihan tertentu, maka lebih dari 70 persen
dari keputusan kelompok akan mencerminkan pilihan itu (dengan assumsi aturan
mayoritas). Bagaimanapun, pembuatan keputusan kelompok bukanlah suatu unsur
yang penting dalam prosedur yang mengerucut ke arah polarisasi; suatu periode
diskusi yang ringkas yang diikuti oleh tanggapan individu akan menghasilkan
pula suatu pergeseran didalam kelompok rata-rata ( Myers dan Lamm, 1976). Hal
ini berarti suatu pergeseran didalam pilihan individu terjadi sebagai hasil
proses kelompok.
Penjelasan yang
lebih tepat didasarkan pada proses informasi dan berdasarkan norma pengaruh
dibahas dalam konteks penyesuaian. Sejauh sesuatu yang informasional
mempengaruhi, ’jumlah yang lebih besar’ dari argumentasi dan fakta yang
dikemukakan selama diskusi maka kelompok akan mendukung ‘kecenderungan awal’
para anggota kelompok. Ini mengkonfirmasikan anggota kelompok didalam pendapat
mereka. Fakta bahwa informasi yang konsisten dengan kepercayaan utama seseorang
lebih mungkin dicatat dan diambil dengan serius juga berperan untuk perwujudan
ini ( Ferrell, 1985; Myers dan Lamm, 1976).
Pengaruh
berdasarkan norma menuntun ke arah polarisasi melalui milik anggota kelompok
yang berhubungan dengan self-perception dan self-presentation yang dikehendaki.
Hal-hal dimana dirasa anggota kelompok lain mempunyai arah pendapat yang lebih
ekstrim dari kecenderungan mereka sendiri, maka secara sosial lebih diinginkan
dibanding anggota kelompok dengan kecenderungan berbeda.
Suatu
komunikator ekstrim dari suatu pendapat yang dapat diperbandingkan ke posisi
diri sendiri dirasakan sebagai yang lebih berkompeten dan polos dibanding suatu
komunikator moderat ( Myers dan Lamm, 1976). Keinginan untuk diterima oleh
anggota kelompok yang lebih ekstrim, dan kecenderungan untuk merasa dan
menyajikan dirinya sebagai anggota dari suatu dengan baik dirasa ’
didalam-kelompok’ keduanya berperan untuk efek polarisasi. Efek ini diperkuat
oleh komitmen lisan bagi suatu posisi yang dinyatakan lebih dahulu didalam
diskusi kelompok: setelah itu suatu perubahan posisi didalam arah kecenderungan
awal ( yaitu. polarisasi) adalah lebih mudah dilaksanakan dibanding suatu
perubahan dalam arah kebalikannya ( Ferrell, 1985; Myers dan Lamm, 1976).
Kedua format
pengaruh tersebut adalah penting. Kepentingan relatifnya ( mengenai polarisasi
seperti halnya untuk penyesuaian) tergantung pada jenis interaksi dan jenis
tugas. Jika interaksi didalam kelompok sebagian besar merupakan socio-emotional
yang alamiah, maka pengaruh berdasarkan norma menjadi lebih penting. Tugas
dalam mengarahkan interaksi menjadi lebih betul-betul dihubungkan dengan
pengaruh dan bujukan informasionil. Sejauh tentang jenis tugas terkait, didalam
tugas-tugas judgemental pengaruh berdasarkan norma relatif lebih penting, dan
didalam tugas intellective lebih berpengaruh dalam informasi ( Kaplan, 1987).
Penyebab
terjadinya polarisasi kelompok
Perbandingan sosial
Diskusi kelompok
Tidak ada prasangka
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota
kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas
kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama
diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan
kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila
kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok
belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang
diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya
dalam kegiatan kelompok.
Untuk itu
faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok,
yaitu:
- ukuran kelompok.
- jaringan komunikasi.
- kohesi kelompok.
- kepemimpinan (Jalaluddin Rakhmat, 1994).
Penyebab:
– perbandingan sosial : menilai pendapat dan kemampuan
seseorang dengan cara membandingkannya
dengan pendapat dan kemampuan orang lain
– diskusi
kelompok :
memunculkan ide2 yang sama
– tidak ada
prasangka
Sumber:
http://rizkacil.wordpress.com/2012/10/22/komunitas-online-polarisasi-kelompok-kelompok-kerja-virtual/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar